CNBC Indonesia - Perusahaan jasa on-demand atau aplikasi jasa transportasi online resmi memberlakukan tarif pajak baru sejak Minggu 11 September lalu.
Kenaikan tarif tersebut sesuai dengan Keputusan Menteri Perhubungan (Kemenhub) Nomor 677 Tahun 2022. Kementerian Perhubungan (Kemenhub) telah mengidentifikasi kenaikan tarif ojek online di tiga wilayah.
Kenaikan tarif ojek online ini akan lebih rendah dari rencana kenaikan sebelumnya yang diumumkan Departemen Perhubungan pada 4 Agustus. Berkat amandemen Keputusan Menteri Perhubungan No. 564 Tahun 2022 yang baru, tingkat penyesuaian kenaikan dari 30 menjadi 50% yang diumumkan sebelumnya telah disesuaikan menjadi 6-13%. Selain mengubah aturan baru tarif ojek online, Departemen Perhubungan juga menetapkan kebijakan tambahan berdasarkan ketentuan KP 564 tahun 2022, yaitu menurunkan nilai maksimal biaya sewa aplikasi dari 20% di muka. %.
Untuk informasi lebih lanjut, biaya sewa aplikasi adalah biaya yang dibebankan oleh pengguna aplikasi pada total tarif untuk setiap perjalanan ojek online.
Lalu bagaimana pengurangan biaya sewa aplikasi maksimum membatasi pendapatan pengemudi ojek dan bagaimana pengaruhnya terhadap konsumen?
Mengurangi biaya layanan aplikasi dapat menyebabkan perusahaan mengurangi dukungan mereka terhadap insentif biaya operasional pengemudi. Sehingga berpotensi menurunkan kemampuan para adopter untuk menopang perekonomian seluruh bagian ekosistem. Biaya aplikasi yang digunakan oleh lembaga penegak hukum seperti Gojek dan Grab diketahui ada di sana untuk mendanai dan mendukung pengendara mereka.
Ini termasuk insentif yang pada dasarnya adalah bonus kinerja pengemudi, hingga insentif yang berguna untuk keperluan biaya operasional, seperti kupon internet, perawatan kendaraan, kendaraan bantuan pengemudi seperti kebutuhan pokok dan voucher untuk kebutuhan sehari-hari.
Artinya, dari fee yang diterima melalui fee aplikasi, penegak hukum juga terus “memberikan kembali” sebagian kepada pengemudi dalam bentuk insentif.
Padahal, menurut DBS Group Research dalam penelitian bertajuk "Risiko berbagi keuntungan bukan?" Disebutkan bahwa dua kunci utama yang dapat menjaga bisnis aplikasi penyedia layanan on-demand tetap menguntungkan adalah dominasi bisnis dan ukuran bisnis.
Dominasi bisnis di kota-kota besar memungkinkan perusahaan teknologi, dalam hal ini Gojek dan Grab sebagai penyedia layanan, dapat menekan biaya penjualan dan pemasaran, sekaligus dapat menawarkan insentif kepada pengguna. Biaya sewa aplikasi sering digunakan oleh penyedia jasa ojol untuk melakukan inovasi penyajian produk baru yang dapat memenuhi permintaan dan meningkatkan kemudahan bagi konsumen, mulai dari promosi hingga asuransi kecelakaan.
Selain itu, mengutip dari situs resmi Uber, biaya sewa aplikasi atau layanan juga digunakan, salah satunya adalah untuk mensubsidi perjalanan jarak pendek agar tarif lebih terjangkau untuk konsumsi komuter. Hal ini tampaknya belum dilakukan oleh banyak pemangku kepentingan, termasuk pemerintah, konsumen dan pengendara itu sendiri.
Biaya ini juga telah diinvestasikan kembali oleh perusahaan ke dalam pengembangan teknologi yang mencakup semua aspek layanan bagi konsumen dan pengemudi. Misalnya teknologi yang membantu melindungi privasi data pribadi, perlindungan konsumen, pemeliharaan aplikasi dan masih banyak lagi contohnya menjamin kepuasan pelanggan.